Friday 26 September 2014

Kreatifitas Tidak Pada Tempatnya

Kita semua pasti setuju bahwa kata 'kreatifitas' biasanya dihubungkan dengan hal-hal yang positif. Contohnya, orang-orang yang kreatif biasanya memiliki ide-ide yang inovatif dan cara berpikirnya-pun 'beda' dengan orang kebanyakan (atau kalo guru TIK-ku bilang berpikir bercabang-cabang :p). Tapi, terkadang kreatifitas yang seharusnya bersifat positif itu bisa dilakukan di tempat yang salah.

Contoh yang mudah untuk menjelaskan bahwa orang kreatif itu terkadang salah tempat adalah meja. Lho kok meja? Nah, kita semua yang pernah merasakan duduk di bangku sekolah, pastinya pernah melihat paling tidak satu-dua coretan atau gambar di meja sekolah kita, kan? Kalau cuma coretan bolpoin karena tidak sengaja, mungkin bisa dimaklumi. Tapi seringnya, coretan tersebut sudah tidak bisa digolongkan ke dalam kategori tidak sengaja...karena bentuknya gambaran atau tulisan macam "Spongebob <3 Dora" atau yang lebih alay dan parah "sms aku ea 086066XXXXX".

Kebetulan aku juga masih menjadi siswa kelas IX di SMP PIUS BAKTI UTAMA GOMBONG, otomatis aku masih berhubungan sama yang namanya kelas komplit beserta meja kursi di dalamnya. Setahun yang lalu, pihak sekolah mulai memberlakukan "Moving Class" jadi yah...lumayan lah kelasnya bisa pindah-pindah, dan kami nggak harus menetap di kelas yang sama selama satu tahun. Tapi kerugian dari moving class tersebut, siswa jadi merasa makin 'bebas' untuk mencoret-coret meja karena kemungkinan ketahuannya kecil sekali (soalnya kelas pindah-pindah sesuai mata pelajaran). Dan hampir semua meja di sekolahku tidak luput dari coretan satupun. Kalo di atas meja sedikit coretannya, coba periksa di laci... karena "orang kreatif" yang masih malu-malu, biasanya lebih suka menuangkan pikirannya di tempat yang agak tersembunyi.

Jujur, kalau lagi bosen di kelas, aku suka memperhatikan coretan-coretan di meja yang kutempati. Kadang coretan tersebut hanya sebuah inisial nama atau motif hati yang sangat absurd. Tapi sekarang, coretan tersebut sudah berkembang menjadi ringkasan suatu materi pelajaran (mungkin buat contekan kali, ya?), gambaran kartun, atau semacam pesan yang ditujukan kepada seseorang (hellooo? it's 2014, dude. email ada, facebook, twitter, hp juga ada. ngapain repot-repot nulis pesan di meja? *facepalm*). Tidak jarang juga aku menemui coretan berupa makian yang ditujukan kepada seseorang, bahkan gambar-gambar porno dilengkapi kata-kata jorok. Miris! Inikah cermin pelajar sekarang ini? Padahal jelas-jelas tertulis di buku tata tertib sekolah bahwa mengotori sarana pra sarana sekolah (termasuk meja-kursi) akan dikenakan poin 5 dan diharuskan untuk membersihkan fasilitas sekolah yang dikotori tersebut.
Mengotori fasilitas sekolah saja sudah termasuk pelanggaran, jika ditambah dengan meneror / melakukan bullying, berarti melakukan double pelanggaran. Nah, itulah yang sedang marak baru-baru ini, yaitu meneror melalui meja di kelas-kelas. Modusnya adalah menuliskan pesan teror dengan mencantumkan nama orang yang dituju di meja yang sekiranya sering ditempati oleh yang bersangkutan. Hal tersebut tentu menjadikan kita yang tidak sengaja membaca pesan teror tersebut merasa risih dan terganggu.

Usaha yang dilakukan pihak sekolah menurut saya juga sudah lumayan banyak. Mengampelas meja sudah berkali-kali dilakukan. Namun, coretan tersebut sifatnya seperti parasit, satu dihapus, maka akan muncul lebih banyak coretan di tempat lain.
Dan, coretan-coretan itu  seolah adalah budaya turun temurun. Jadi sekalipun generasi "kreatif" tersebut sudah lulus semua, pasti muncul generasi penerus yang baru. Dengan begini, coretan-coretan di meja tersebut tidak akan ada habisnya dan mungkin malah bertambah "kreatif". Tentu budaya yang seperti ini bukan budaya yang pantas diturunkan kakak kelas kepada adik-adiknya.

Aku percaya, oknum-oknum pencoret meja tersebut sebenarnya orang-orang kreatif. Hanya saja, mereka belum dapat membedakan mana media yang seharusnya mereka gunakan untuk menuangkan ide-ide mereka itu. Bisa jadi karena media yang mereka gunakan untuk "kanvas" mereka kurang, jadi tangan jail mereka mulai merambah ke tempat yang lain seperti meja kelas, contohnya. Bisa juga karena kurangnya rasa tanggung jawab dan rasa memiliki. Kedua hal tersebut dapat terjadi salah satunya karena "moving class" ini membuat siswa merasa tidak bertanggung jawab terhadap kelas yang ditempatinya karena hanya sekadar "numpang" dan bukan merupakan kelas miliknya. Padahal harusnya kita sebagai warga sekolah secara alami merasa bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kenyamanan sekolah kita, baik itu moving class maupun tidak. Dan, kreatif memang baik apabila di tempat yang tepat dan kreatif mengenai hal yang tepat pula.

No comments:

Post a Comment